Tugas Pengembangan Peserta Didik
USIA 3 – 6 BULAN
Menunjukkan kegirangan saat dimandikan atau saat beraktivitas rutin lainnya.
Merespon dengan nyata saat digendong dan diberi perhatian/cinta
Membelalakan mata/antusias pada wajah pengasuh saat diberi makan
Terjaga pada waktu yang lebih lama ( 70 % bayi pada usia ini tidur pada malam hari)
Tersenyum pada orang yang sudah dikenalnya maupun orang asing
USIA 6 – 9 BULAN
Berusaha makan sendiri menggunakan jari-jari tangannya
Menawarkan mainan pada anak lain
Lebih hati-hati pada orang asing
Menunjukkan kecemasan ketika ibu meninggalkannya
Lebih peka terhadap perasaan orang lain, misalkan menangis jika saudaranya menangis atau ikut tertawa jika ada yang tertawa.
Ini disebut pengenalan emosi, bukan merupakan perilaku sesungguhnya.
USIA 9 – 12 BULAN
Suka / menikmati nyanyian atau irama
Masih memilih dekat dengan orang dewasa yang dikenalnya
Bermain sendiri dalam waktu yang lama
Menunjukkan kesukaan / ketidaksukaan pada makanan dan waktu tidur
Sering memerlukan barang / objek yang nyaman baginya, seperti selimut atau boneka favoritnya.
Memasukkan benda-benda ke mulutnya
Minum dari gelas dengan bantuan
Senang menunjuk-nunjuk barang
Senang membuat kegaduhan / menghasilkan suara-suara dengan memukul-mukul mainan.
USIA 12 – 18 BULAN
Emosinya labil, mood / suasana hatinya naik turun
Sangat tergantung pada kehadiran orang dewasa
Sering menginginkan objek yang memberi rasa aman, seperti boneka, pakaian / kain
Masih malu pada orang yang tidak dikenalnya
Menyayangi orang yang terbiasa / dikenalnya.
Menyenangi bersosialisasi pada saat makan, bercakap-cakap ketika sedang belajar makan sendiri.
Membutuhkan bantuan untuk rutinitas harian, seperti mandi dan berpakaian
USIA 18 BULAN – 2 TAHUN
Ingat dimana letak barang-barang.(menunjukkan fungsi ingatan jangka panjang / LTM)
Suka bermain sendiri, tetapi lebih suka ditemani orang dewasa yang dikenalnya atau saudaranya.
Lebih suka melakukan sendiri, misal berpakaian. (biar aku yang melakukan!)
Menyadari bahwa orang lain takut / cemas bila mereka memanjat atau turun dari kursi, dll.
Berubah-ubah antara tergantung dan melawan.
Mudah menjadi frustasi, kadang mengamuk/tantrum.
Gelisah atau mengatakan bila ingin BAB / BAK
Dapat mengikuti dan menikmati cerita serta lagu yang diulang-ulang.
USIA 2 – 3 TAHUN
Mulai mampu mengekspresikan perasaan
Impulsif dan ingin tahu terhadap lingkungannya
Suka mencoba pengalaman-pengalaman baru.
Kadang sangat lekat dan bergantung, di waktu lain sangat percaya diri dan mandiri
Sering putus asa atau frustasi ketika tidak mampu, mengekspresikan dirinya bahwa pada usia tersebut suka marah-marah / tantrum.
Dapat berpakaian dan BAB / BAK sendiri, tapi masih memerlukan bantuan untuk melepas celana sendiri.
Suka membantu orang lain tapi jika tidak bertentangan dengan apa yang disukainya.
MULAI USIA 2,5 TAHUN
Makin trampil makan menggunakan sendok dan garpu
Tidak mengompol di malam hari ( tapi variasinya macam-macam)
Sangat tergantung secara emosi pada orang dewasa
bermain dengan anak lain, tetapi tidak mau berbagi mainan dengan mereka.
USIA 3 – 4 TAHUN
Suka mengerjakan sesuatu sendiri, tanpa bantuan
Menikmati acara makan keluarga
Dapat berpikir tentang sesuatu dari kacamata orang lain
Memperlihatkan perhatian pada saudara yang lebih muda
Mampu mandiri menggunakan kamar kecil, dan tidak ngompol lagi (tiap anak berlainan)
Suka membantu orang dewasa, seperti merapikan atau beres-beres, dsj.
Mau berbagi mainan dengan anak lain dan mau menunggu giliran ketika bermain
Suka membangun / mengembangkan ketakutan seperti terhadap gelap, karena mereka mampu berpura-pura dan berimajinasi
Menyadari dirinya sebagai anak laki-laki atau perempuan (berkembangnya peran gender)
Berteman dan menikmati hubungan pertemanan.
USIA 4 – 5 TAHUN
Trampil menggunakan sendok / garpu untuk makan
Dapat mencuci dan mengeringkan tangan serta menyikat gigi
Dapat memakai dan membuka baju sendiri kecuali yang bertali, dasi, dan bagian belakang.
Suka menunjukkan kepekaan / kepedulian pada orang lain
Memperlihatkan sense of humor, baik dengan kata-kata maupun perilaku
Suka kemandirian dan keinginan diri yang kuat
Suka bergabung dengan anak-anak lain
USIA 5 – 6 TAHUN
Memakai dan membuka baju sendiri.
Menunjukkan kesukaan dan ketidaksukaan secara jelas, terkadang tanpa logika yang jelas.
misal seorang anak mau makan wortel ketika diiris panjang tetapi tidak mau kalau wortelnya diiris bulat-bulat.
Mampu menyenangkan diri sendiri pada waktu yang lama, melihat buku atau TV.
Memperlihatkan simpati dan perhatian pada teman yang sedang sakit
Suka memelihara binatang
Memilih temannya sendiri
Sumber:
CHILD DEVELOPMENT, an illustrated guide.
By Carolyn Meggit and Gerald Sunderland.
Tags: emosi dan sosial
Prev: Child Day Care
Next: Pentingnya Komunikasi Internal Keluarga Dalam Rangka Komunikasi dengan Anak
Posted on April 29, 2008 by Pakde sofa
Perkembangan Bahasa Anak
Setiap manusia mengawali komunikasinya dengan dunia sekitarnya melalui bahasa tangis. Melaltii bahasa tersebut scorang bayi mengkomunikasikan segala kebutuhan dan keinginannya. Scjalan dengan perkembangan kemampuan serta kematangan jasmani tcrutama yang bertalian dengan proses bicara, komunikasi tersebut makin meningkat dan meluas, misalnya dengan orang di sekitarnya lingkungan dan berkembang dengan orang lain yang baru dikenal dan bersahabat dengannya.
Terdapat perbedaan yang signifikan antara pengertian bahasa dan berbicara. Bahasa mencakup segala bentuk komunikasi, baik yang’diutarakan dalam bentuk lisan. tulisan, bahasa isyarat, bahasa gerak tubuh, ckspresi wajah pantomim atau seni. Sedangkan bicara adalah bahasa lisan yang merupakan bentuk yang paling efektif untuk berkomunikasi, dan paling penting serta paling banyak dipergunakan. Perkembangan bahasa tersebut selalu meningkat sesuai dengan meningkatnya usia anak. Orang tua sebaiknya selalu memperhatikan perkernbangan tersebtit, sebab pada masa ini, sangat menentukan proses belajar. Hal ini dapat. dilakukan dengan memberi contoh yang baik, memberikan motivasi pada anak untuk belajar dan scbagainya. Orang tua sangat bertanggung jawab alas kesukscsan belajar anak dan seyogianya selalu berusaha meningkatkan potensi anak agar dapat berkembang secara maksimal. Pada gilirannya anak akan dapat berkembang dan tumbuh menjadi pribadi yang bahagia karena dengan muclali berkomunikasi dengan lingkungan, bersedia mcmbcri dan mencrima segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya.
Bahasa adalah segala bentuk komunikasi di mana pikiran dan perasaan scseorang disimbolisasikan agar dapat mcnyampaikan arti kepada orang lain. Oleh karera itu, perkembangan bahasa dimulai dari tangisan pertama sampai anak mampu bertutur kata. Perkembangan bahasa terbagi atas dua periode besar, yaitu: periode Prelinguistik (0-1 tahun) dan Linguistik (1-5 tahun). Mulai periode linguistik inilah mulai srat anak mengucapkan kata kata yang, pertama. Yang merupakan saat paling meiiakjubkan bagi orang tua. Periode linguistik terbagi dalam tiga fase besar, yaitu:
1. Fase satu kata atau Holofrase
Pada fase ini anak mempergunakan satu kata untuk menyatakan pikiran yang kornpleks, baik yang bcrupa keinginan, perasaan atau temuannya tanpa pcrbedaan yang jelas. Misalnya kata duduk, bag: anak dapat berarti “saya mau duduk”, atau kursi tempat duduk, dapat juga berarti “mama sedang duduk”. Orang tua baru dapat mengerti dan memahami apa yang dimaksudkan oleh anak tersebut, apabila kiia tahu dalam konteks apa kata tersrbut diucapkan, sambil mcngamati mimik (ruut muka) gerak serta bahasa tubuh lainnya. Pada umumnya kata pertama yang diurapkan oleh anak adalah kata benda, setelah beberapa waktu barulah disusul dengan kata kerja.
2. Fase lebih dari satu kata
Fase dua kata muncul pada anak berusia sekkar 18 bulan. Pada fase ini anak sudah dapat mcmbuat kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata. Kalimat tersebut kadang-kadang terdiri dari pokok kalimat dan predikat, kadang-kadang pokok kalimat dengan obyek dengan tata bahasa yang tidak benar. Setelah dua kata, muncullah kalimat dengan tiga kata, diikuti oleh empat kata dan seterusnya. Pada periode ini bahasa yang digunakan oleh anak tidak lagi egosentris, dari dan uniuk dirinya sendiri. Mulailah mcngadakan komunikasi dengan orang lain secara lancar. Orang tua mulai melakukan tanya jawab dengan anak secara sederhana. Anak pun mulai dapat bercerita dengan kalimat-kalimatnya sendiri yang sederhana.
3. Fase ketiga adalah fase diferensiasi
Periode terakhir dari masa balita yang bcrlangsung antara usia dua setcngah sampai lima tahun. Ketcrampilan anak dalam berbicara mulai lancar dan berkembang pesat. Dalam berbicara anak buKan saja menambah kosakatanya yang mengagumkan akan tetapi anak mulai mampu mengucapkan kata dcmi kata sesuai dengan jenisnya, terutama dalam pcmakaian kata bcnda dan kata kerja. Anak telah mampu mempergunakan kata ganti orang “saya” untuk menyebut dirinya, mampu mempergunakan kata dalam bentuk jamak, awalan, akhiran dan berkomunikasi lebih lancar lagi dengan lingkungan. Anak mulai dapat mengkritik, bertanya, menjawab, memerintah, member! tahu dan bentuk-bentuk kalimat lain yang umum untuk satu pembicaraan “gaya” dewasa.
a. Bahasa Tubuh
Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa salah satu jenis bahasa adalah bahasa tubuh. Bahasa tubnh adalah cara seseorang berkomunikasi dengan mempergunakan bagian-b;:gian dari tubuh, yaitu melalui gcrak isyarat, ekspresi wajah. sikap tubuh, langkah serta gaya tersebut pada umumnya disebut bahasa tubuh. Bahasa tubuh sering kali dilakukan tanpa disadari. Sebagaimana fun^si bahasa Iain, bahasa tubuh juga merupakan ungkapan komunikari anak yang paling nyata, knrena merupakan ekspresi perasaan serta keinginan mereka terhadap orang lain, misalnya terhadap orang tua (ayah dan ibu) saudara dan orang lain yang d.ipat mememihi atau mengcrti akan pikiran anak. Melalui bahasa tubuh anak, orang tua dapat mtmpclnjari apaknh anaknya mcnangis knrena lapar, sakit, kcsepian atau bosan pada waklu tcrtcntu.
b. Bicara
Bicara merupakan salah satu alat komunikasi yang paling efektif. Semenjak anak masih bayi string kali menyadari bahwa dengan mempergunakan bahasa tubuh dapat terpenuhi kebutuhannya. Namun hal tersebut kurang mengerti apa yang dimaksud oleh anak. Oleh karena itu baik bayi maupun anak kecil stlalu berusaha agar orang lain mengcrti maksudnya. Hal ini yang mendorong orang untuk belajar berbicara dan membuktikan bahwa berbicara merupakan alat komunikasi yang paling efektif dibandingkan dengan bentuk-bcntuk komunikasi yang lain yang .dipakai anak sebelum pandai berbicara. Oleh karena bagi anak bicara tidak sekedar merupakan prestasi akan tctapi juga birfungsi nntuk mcncapni tujuannya, misalnya:
1) Scbagai pcmuas kcbutuhan dan keinginan
Dengan berbicara anak mudah untuk mcnjclaskan kebtit’ihan dan keinginannya tanpa harus menunggu orang lain mengerti tangisan, gerak tubuh atau ekspresi wajahnya. Dengan demikian kemampuan berbicara dapat mengurangi frustasi anak yang disebabkan oleh orang tua atau lingkungannya tidak mengerti apa saja yang dimaksudkan oleh anak.
2) Sebagai alat untuk menarik perhatian orang lain
Pada umumnya setiap anak merasa senang menjadi pusat perhatian orang lain. Dengan melalui keterampilan berbicara anak berpendapat bahwa perhatian Orang lain terhadapnya mudah diperoleh melalui berbagai pertanyaan yang diajukan kepada orang tua misalnya apabila anak dilarang mengucapkan kata-kata yang tidak pantas. Di samping itu berbicara juga dapat untuk menyatakan berbagai ide, sekalipun sering kali tidak masuk akal-bagi orang tua, dan bahkan dengan mempergunakan keterampilan berbicara anak dapat mendominasi situasi “.ehingga terdapat komunikasi yang baik antara anak dengan teman bicaranya.
3) Sebagai alat untuk membina hubungan sosial
Kemampuan anak berkomunikasi dengan orang lain merupakan syarat penting untuk dapat menjadi bagian dari kelompok di lingkungannya. Dengan keterampilan berkomunikasi anak-anak Icbih mudah diterima oleh kelompok sebayanya dan dapat mempcroleh kescmpatan Icbih banyak untuk mendapat peran sebagai pcmimpin dari suatu kelompok, jika dibandingkan dengan anak yang kurang terampil atau tidak memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik.
4) Scbagai alat untuk mengevaluasi diri sendiri
Dari pernyataan orang lain anak dapat mengetahui bagaimana perasaan dan pendapat orang tersebut terhadap sesuatu yang telah dikatakannya. Di samping anak juga mendapat kesan bagaimana lingkungan menilai dirinya. Dengan kata lain anak dapat mengevaluasi diri mclalui orang lain.
5) Untuk dapat mcmpengaruhi pikiran dan peiasaan orang lain
Anak yang suka,berkomentar, menyakiti atau mengucapkan sesuatu yang tidak menyenangkan tentang orang lain dapat menyebabkan anak tidak populer atau tidak disenangi lingkungannya. Sebaliknya bagi anak yang suka mcngucapkan kata-kata yang menyenangkan dapat merupakan medal utama .bagi anak agar diterima dan mendapat simpat’ dari lingkungannya.
6) Untuk mempengaruhi perilaku orang lain
Dengan kemampuan berbicara dengan baik dan penuh rasa percaya diri anak dapat mempengaruhi orang lain atau teman sebaya yang berperilaku kurang baik menjadi teman yang bersopan santun. Kemampuan dan keterampilan berbicara dengan baik juga dapat merupakan modal utama bagi anak untuk menjadi pemimpin di lingkungan karena teman sebryanya menaruh kepercayaan dan simpatik kepadanya.
c. Potensi Anak Berbicara Diditkung oleh Beberapa Hal
1) Kematangan alat berbicara
Kemampuan berbicara juga tergantung pada kematangan alat-alat berbicara. Misalnya tenggorokan, langit-langit, lebar rongga mulut dan Iain-lain dapat mempengaruhi kematangan berbicara. Alat-alat tersebut baru dapat berfungsi dengan baik setelah sempi’rpa dan dapat membentuk atau memproduksi suatu kata dengan baik scbagai permulaan berbicara.
2) Kesiapan berbicara
Kesiapan mental anak sangat berganrung pada pertumbuhan dan kematangan otak. Kesiapan dimaksud biasanya dimnlai sejak anak berusia antara 12-18 bulan, yang discbut teachable moment dari perkembangan bicara. Pada saat inilah anak betul-betul sudah siap untuk belajar. bicara yang sesungguhriya. Apabila tidak ada gangguan anak akan segera dapat berbicara sekalipun belum jelas maksudnya.
3) Adanya model yang baik untuk dicontoh oleh anak
Anak dapat membutuhkan suatu model tertentu -agar dapat
melafalkan kata dengan tepat untuk dapat dikombinasikan dengan
kata lain sehingga menjadi suatu kalimat yang berarti. Model
tersebut dapat diperoleh dari orang lain, misalnya orang tua atau
saudara, dari radio yang sering didengarkan atau dari TV, atau aktor
film yang bicaranya jelas dan berarti. ^Anak akan mengalami
kesulitan apabila tidak pernah memperoleh model scbagaimana
disebutkan diatas. Dengan scndirinya potcnsi anak tidak dapat
berkcmbang scbagaimana mcstinya. .
4) Kesempatan berlntih
Apabila anak kurang mendapatkan latihan keterampilan berbicara akan timbul frustasi dan bahkan sering kali marah yang tidak dimengerti penyebabnya oleh orang tua atau lingkungannya: Pada gilirannya anak kurang memperoleh moUvasi untuk belajar berbicara yang pada umumnya disebut “anak ini lamban” bicaranya.
5) Motivasi untuk belajar dan berlalih
Memberikan motivasi dan melatih anak untuk berbicara sangat penting bagi annk karena untuk memenuhi kebutuhannya untuk memanfaatkan potensi anak. O’-ang tua hendaknya selalu berusaha agar motivasi anak untuk berbicara jangan terganggu atau tidak mendapatkan pengarahan.
6) Bimbingan
Bimbingan bagi anak sangat. penting untuk mengembangkan potensinya. Oleh karena itu hendaknya orang tua suka memberikan contoh atau model bagi anak, berbicara dengan pelan yang mudah diikuti oleh anak dan orang tua siap memberikan kritik atau mcmbetulkan apabila dalam berbicara anak berbuat suatu kesalahan. Bimbingan tersebut sebaiknya selalu dilakukan secara terus menerus dan konsisten sehingga anak tidak mengalami kesulitan apabila berbicara dengan orang lain.
d. Gangguan dalam Perkembangan Berbicara
Di samping berbapai faktor tersebut terdapat beberapa gangguan yang harus diatasi oleh anak dalam rangka belajar berbicara.Perkembangan berbicara merupakan suatu proses y?ng sangat sulit dan rumit. Terdapat beberapa kendala yang sering kali dialami oleh anak, antara lain:
1) Anak cengeng
Anak yang sering kali menangis dengan berlebihan dapat menimbulkan gangguan pada fisik maupun psikis anak. Dari segi fisik, gangguan tersebut dapai berupa kurangnya energi sehingga secara otomatis dapat menyebabkan kondisi anak tidak fit. Sedangkan gangguan psikis yang muncul adalah perasaan ditolak atau tidak dicintai oleh orang tuanya, atau anggota kcluarga lain. Sedangkan rcaksi sosial tcrhadap tangisan anak biasanya bernada negatif. Oleh karena itu pcranan orang tua sangat penting untuk menanggulangi hal tersebut, salah satu cara untuk mengajarkan komunikasi yang cfcktif bagi anak.
2) Anak sulit memahami isi pembicaraan orang lain
Sering kali anak tidak dapat memahami isi pembicaraan orang tua atau anggota keluarga lain. Hal ini disebabknn kurangnya perbeidaharaan kata pada anak. Di samping itu juga dikarenakan orang tua sering kali berbicara sangat cepat dengan mempergunakan kata-kata yang belum dikenal oleh .anak. Bagi keluarga yang mcnggunakan dua bahasa (bilingual) anak akan. lebih banyak mengalami kesulitan untuk memahami pembicaraan orang tuanya atau saudaranya yang tinggal dalam satu rumah. Orang tua hendaknya selalu berusaha mencari penyebab kesulitan anak dalam memahami pembicaraan tersebut agar dapat memperbaiki atau membetulkan apabila anak kurang mengerti dan bahkan salah mengintepretasikan suatu pembicaraan.
Sumber Buku Perkembangan peserta Didik Karya Mulyani dan Nana Syaodih
Kamis, 25 Maret 2010
Si Cilik Pintar Atau Berbakat?
Iman Dharma
Orang tua mana yang tak ingin punya anak berbakat? Bagaimana, sih, cara mendeteksi bakat si cilik?
"Anak sulung saya luar biasa aktif. Dia juga pintar dan suka sekali bertanya. Kadang, pertanyaannya bikin kami kewalahan. Teman-teman saya bilang, si sulung termasuk anak berbakat," tutur Andika, ayah dua anak tentang putra sulungnya yang berusia 4 tahun.
Banyak orang dengan mudah menyimpulkan si A, si B, atau si C anak berbakat. Entah karena ia selalu jadi juara kelas, juara lomba, dan sebagainya. Bahkan, anak yang belum pernah menunjukkan prestasinya di bidang tertentu pun, sering dikatakan anak berbakat. Misalnya, suaranya merdu saat menyanyi. Sebenarnya, seperti apa, sih, yang dimaksud anak berbakat?
BEDA PINTAR DAN BERBAKAT
Menurut pakar psikologi pendidikan, Prof. Dr. S.C. Utami Munandar, anak berbakat berbeda dengan anak pintar. "Bakat berarti punya potensi. Sedangkan pintar bisa didapat dari tekun mempelajari sesuatu," jelasnya. Tapi meski tekun namun tak berpotensi, seseorang tak akan bisa optimal seperti halnya anak berbakat. "Kalau anak tak berbakat musikal, misalnya. Biar dikursuskan musik sehebat apa pun, ya, kemampuannya sebegitu-begitu saja. Tak akan berkembang."
"Sebaliknya, jika anak berbakat tapi lingkungannya tak menunjang, ia pun tak akan berkembang." Soal bakat musik tadi, misalnya. Jika di rumah tak ada alat-alat musik, bakatnya akan terpendam," jelas guru besar tetap Fakultas Psikologi UI ini. Ia memberi contoh sosok antropolog terkenal, Koentjaraningrat (alm). Waktu kecil, ia ingin belajar menari Jawa namun konon ibunya tak mendukung. "Setelah besar, Pak Koen belajar menari dan ternyata berbakat sekali."
Utami juga membedakan antara anak berbakat dengan anak hiperaktif (yang kerap keliru ditafsirkan oleh awam sebagai anak berbakat). Memang, sepintas, ciri khas anak berbakat dengan anak hiperaktif hampir mirip. Yakni, lincah, aktif, dan gemar bertanya. "Tapi sebenarnya berbeda," kata Ketua Yayasan Pengembangan Kreativitas ini.
Pada anak hiperaktif, jelasnya,"Konsentrasinya kurang terfokus. Jadi, hanya gerak fisiknya yang aktif tapi tak menunjukkan kelincahan intelektual. Aktivitasnya pun sering tanpa tujuan." Kendati dia suka bertanya, tapi tak berkonsentrasi pada jawabannya. Konsentrasinya mudah buyar jika ada hal lain yang menarik perhatiannya.
Lain hal dengan anak berbakat. "Jika ia lari ke sana-sini, pasti ada tujuannya. Jika ia tertarik pada sesuatu, ia akan duduk diam dalam waktu yang lama, asyik sendiri mengerjakan sesuatu," terang Ketua Yayasan Indonesia untuk Pendidikan dan Pengembangan Anak Berbakat ini.
PERKEMBANGAN LEBIH CEPAT
Bakat anak, lanjut Utami, berkaitan dengan kerja belahan otak kiri dan kanan. Belahan otak kanan berhubungan dengan kreativitas, imajinasi, intuisi. Sedangkan belahan yang kiri untuk kecerdasan.
Nah, anak berbakat umumnya menunjukkan IQ di atas rata-rata, yaitu minimal 130. "Namun tak berarti anak dengan IQ rata-rata, yaitu 90-110, tak akan berbakat," tukas Utami. Anggapan orang bahwa IQ menetap seumur hidup, menurutnya, sama sekali tak benar. "Ada, kok, anak yang sebelumnya ber-IQ di bawah rata-rata, tapi dengan stimulasi dan pendekatan yang baik bisa berubah jadi di atas rata-rata," paparnya.
Tapi IQ bukan satu-satunya yang menentukan seorang anak disebut berbakat atau tidak. Masih ada faktor lain lagi, yaitu CQ atau kreativitas, yang juga harus di atas rata-rata, minimal 250. Selain itu, tambah Utami, "Ia juga harus memiliki task commitment, yakni kemampuan pengikatan diri terhadap tugas atau motivasi. Jadi, ada keinginan dan ketekunan untuk menyelesaikan sesuatu."
Nah, untuk mendeteksi apakah seorang anak berbakat atau tidak, menurut Utami, bisa dilihat dari perkembangan motoriknya. Anak berbakat, perkembangan motoriknya lebih cepat dibanding anak biasa. Entah dalam berbicara, berjalan, maupun membaca. Misalnya, umur 9 bulan sudah bisa jalan (normalnya, usia 12,5 bulan). Selain itu, ia juga cepat dalam memegang sesuatu dan membedakan bentuk serta warna.
Untuk kemampuan membaca, kadang anak berbakat memperolehnya dari belajar sendiri. Yaitu dari mengamati dan menghubung-hubungkan. Misalnya dari memperhatikan lalu-lintas, teve, atau buku. Anak berbakat juga senang bereksplorasi atau menjajaki. "Jadi, kalau ia mempreteli barang-barang, bukan karena dia nakal tapi karena rasa ingin tahunya," terang Utami.
Tentang rasa ingin tahu yang tinggi ini, terangnya lebih lanjut, memang pada umumnya dimiliki anak kecil. Hanya, pada anak berbakat, cara mengamatinya lebih kental dibanding anak-anak biasa.
Hal lain yang menjadi karakteristik anak berbakat ialah bicaranya bisa sangat serius. Pertanyaannya sering menggelitik dan tak terduga. Kadang ia tak puas dengan jawaban yang diberikan, sehingga terus berusaha mencari jawaban-jawaban lain.
PENTINGNYA STIMULASI LINGKUNGAN
Meski demikian, Utami menyarankan orang tua tak lantas mudah melakukan generalisasi. "Mentang-mentang perkembangan motorik anaknya lambat, lantas dikira tak berbakat. Belum tentu, lo," katanya. Sebab, perkembangan setiap anak berbeda. Ada yang cepat dalam perkembangan bicara dan bahasanya tapi motoriknya lambat, dan sebagainya. "Bisa saja terjadi, anak yang dulu perkembangan bicaranya lambat, ternyata ketika besar menjadi sarjana sastra yang terkenal," ujarnya.
Dengan kata lain, meski perkembangannya lambat, bisa saja nantinya ia berkembang menjadi anak berbakat dan mengejar ketinggalannya. Hanya saja, hal itu tak akan terjadi dengan sendirinya. "Semuanya tergantung dari lingkungan. Bagaimana stimulasi lingkungan akan sangat mempengaruhi perkembangan bakat anak," tukas Utami. Semakin dini orang tua memberikan stimulasi, akan semakin baik.
Misalnya, dengan mengajak anak bercakap-cakap sejak ia masih bayi. "Banyak orang tua menganggap, bayi belum mengerti apa-apa sehingga belum perlu diajak bicara." Padahal, mengajak anak sering-sering berbicara sangat perlu. "Itu akan merangsang perkembang bahasanya dan berarti membuatnya terangsang untuk berbicara," tutur Utami.
Begitu juga untuk mengembangkan keinginan anak akan eksplorasi. Sejak usia bayi hal ini sudah dapat dilakukan. Misalnya, tempat tidur bayi tak dibiarkan kosong melompong, tapi "diisi" dengan mainan gantung yang dapat merangsangnya. "Sesekali, dekatkan benda-benda yang terang ke dekat matanya agar ia bisa melihat jelas atau menyentuhnya. Ini sama dengan melatih koordinasi antara tangan dan matanya," kata Utami.
Selain itu, tambah pakar kreativitas ini, beri ia kesempatan untuk melatih berbagai keterampilannya. Saat membacakan cerita, misalnya, "Orangtua tak melulu membaca tapi juga mengajukan pertanyaan agar si anak terbiasa berpikir kreatif."
CUKUP ALAT SEDERHANA
Sarana dan prasarana pendidikan di rumah yang memungkinkan bakat si anak tercium, tentu saja perlu. Buku bacaan, alat musik/olahraga, atau mainan edukatif, sangat penting. Dari benda-benda itulah, akan terlihat ke mana bakat si anak. Apakah pada musik, olahraga, teknik, atau intelektual. "Dari situ juga akan terlihat derajat besarnya bakat tiap anak."
Memang, aku Utami, tak semua orang mampu membeli alat-alat musik yang mahal. Untuk mendeteksi bakat musik, tak perlu punya piano. "Cukup dengan radio atau teve. Dari cepatnya si kecil menghapal nyanyian bahkan untuk melodi yang sulit-sulit, itu sudah menunjukkan bakatnya," terang penulis buku Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah ini.
Selain itu, asalkan orang tua kreatif, alam pun sudah menyediakan berbagai sarana. Misalnya, membuat mainan dari biji-bijian atau dedaunan. "Sebaiknya dalam melakukan permainan, orang tua juga ikut terjun bermain. Sehingga anak dapat menikmati kegiatan itu dan mempunyai kepercayaan diri untuk mengembangkannya," kata Utami.
PERLAKUAN KHUSUS
Setelah bakat anak ditemukan, orang tua seyogyanya memberi peluang pada anak untuk mengembangkan bakatnya. Yakni, dengan menciptakan lingkungan yang mendorong perkembangan bakat itu. Seperti sudah disinggung di atas, sekalipun seorang anak berbakat namun lingkungannya tak mendukung, maka ia tak akan berkembang.
"Memang anak berbakat akan belajar lebih cepat dan melakukan segala sesuatu lebih baik ketimbang anak biasa, sehingga tampaknya tak perlu mendapatkan perhatian khusus. Padahal, tidak demikian," kata Utami. Setiap anak, lanjutnya, entah ia berbakat atau tidak, punya hak untuk mendapatkan pendidikan yang menarik dan menantang. Tapi karena kebutuhan, minat, dan perilaku yang "lebih" dibanding anak lainnya, mau tak mau, anak berbakat harus mendapatkan pengarahan khusus.
Hanya, Utami mengingatkan, jangan sampai perlakuan khusus itu merugikan. Baik bagi si anak itu sendiri maupun anak lain. Misalnya, orang tua sering menonjol-nonjolkan anaknya yang berbakat dibanding anaknya yang lain. "Dampak buruknya, ego si anak semakin menghebat dan bisa juga ia rasakan sebagai beban. Sebab, seperti anak-anak lainnya, ia pun punya masalah emosional," terangnya.
Sebaliknya bagi anak lain, bisa timbul rasa persaingan antara saudara. "Kok, dia melulu yang dipuji?" Karena itu, Utami menganjurkan orang tua bersikap tak menunjukkan si berbakat itu istimewa, tapi lebih pada memberikan rangsangan-rangsangan istimewa.
Sebetulnya, yang paling penting dilakukan orang tua, kata Utami, "Mencoba menemukan bakat pada setiap anaknya karena masing-masing anak punya kekuatan tersendiri sehingga anak tak perlu merasa iri satu sama lain."
Nah, tunggu apalagi? Semakin cepat dan semakin sering kita memberi rangsangan pada si kecil, bakat terpendamnya pun akan segera kita temukan.
Indah Mulatsih/nakitaIndikator Anak Berbakat
Dalam bukunya, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Prof. Utami Munandar menuliskan indikator keberbakatan sebagai berikut:
* Ciri-ciri Intelektual/Belajar:
Mudah menangkap pelajaran, ingatan baik, perbendaharaan kata luas, penalaran tajam (berpikir logis-kritis, memahami hubungan sebab-akibat), daya konsentrasi baik (perhatian tak mudah teralihkan), menguasai banyak bahan tentang macam-macam topik, senang dan sering membaca, ungkapan diri lancar dan jelas, pengamat yang cermat, senang mempelajari kamus maupun peta dan ensiklopedi.
Cepat memecahkan soal, cepat menemukan kekeliruan atau kesalahan, cepat menemukan asas dalam suatu uraian, mampu membaca pada usia lebih muda, daya abstraksi tinggi, selalu sibuk menangani berbagai hal.
* Ciri-ciri Kreativitas:
Dorongan ingin tahunya besar, sering mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah, bebas dalam menyatakan pendapat, mempunyai rasa keindahan, menonjol dalam salah satu bidang seni, mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya serta tak mudah terpengaruh orang lain, rasa humor tinggi, daya imajinasi kuat, keaslian (orisinalitas) tinggi (tampak dalam ungkapan gagasan, karangan, dan sebagainya.
Dalam pemecahan masalah menggunakan cara-cara orisinal yang jarang diperlihatkan anak-anak lain), dapat bekerja sendiri, senang mencoba hal-hal baru, kemampuan mengembangkan atau memerinci suatu gagasan (kemampuan elaborasi).
* Ciri-ciri Motivasi:
Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu lama, tak berhenti sebelum selesai), ulet menghadapi kesulitan (tak lekas putus asa), tak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi, ingin mendalami bahan/bidang pengetahuan yang diberikan, selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tak cepat puas dengan prestasinya), menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah "orang dewasa" (misalnya terhadap pembangunan, korupsi, keadilan, dan sebagainya).
Senang dan rajin belajar serta penuh semangat dan cepat bosan dengan tugas-tugas rutin, dapat mempertahankan pendapat-pendapatnya (jika sudah yakin akan sesuatu, tak mudah melepaskan hal yang diyakini itu), mengejar tujuan-tujuan jangka panjang (dapat menunda pemuasan kebutuhan sesaat yang ingin dicapai kemudian), senang mencari dan memecahkan soal-soal.
BAB I
PERKEMBANGAN PSIKOLOGI MANUSIA
A . Pendahuluan
Manusia adalah mahluk sosial yang eksploratif dan potensial.Dikatakan makhluk eksploratif ,karena manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri baik secara fisik maupun psikis . Manusia sebagai makhluk potensial karena pada diri manusia tersimpan sejumlah kemampuan bawaan yang dapat dikembangkan secara nyata.
Selanjutnya manusia juga disebut sebagai makhluk yang memiliki prinsip tanpa daya ,karena untuk tumbuh dan berkembang secara normal manusia memerlukan bantuan dari luar dirinya.Bantuan yang dimaksud antara lain dalam bentuk bimbingan dan pengarahan dari lingkungannya .Bimbingan dan pengarahan yang diberikan dalam dalam membantu perkembangan tersebut pada hakekatnya diharapkan sejalan dengan kebutuhan manusia itu sendiri,yang sudah tersimpan seagai potensi bawaannya .Karena itu bimbingan yang tidak searah dengan potensi yang dimiliki akan berdampak negatif bagi perkembangan manusia.
Dalam diri kita selain mempelajari tentang perkembangan jiwa keduniaan ,kita juga mempelajari jiwa keagamaan karena kita harus melihat kebutuhan-kebutuhan manusia secara menyeluruh sebab kebutuhan manusia yang kurang seimbang antara kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani akan menyebabkan timbul ketimpangan dalam perkembangan.
Jiwa keagamaan termasuk aspek rohani (psikis) akan sangat tergantung pada aspek fisik,dan dengan demikian pula sebaliknya . Oleh karena itu sering dikatakan kesehatan fisik akan sangat berpengaruh pada kesehatan mental . Selain itu perkembangan juga ditentukan oleh tingkat usia .
Secara garis besar periode perkembangan itu dibagi menjadi 7 masa yaitu : 1 . Masa Pre-natal
2 . Masa Bayi
3 . Masa Kanak-kanak
4 . Masa Pre-pubertas
5 . Masa Pubertas
6 . Masa Dewasa
7 . Masa Usia Lanjut
Setiap masa perkembangan memiliki ciri-ciri sendiri ,termask jiwa keagamaan.
Sehubungan dengan kebutuhan manusia dan periode perkembangan tersebut ,maka dalam kaitannya dengan perkembangan jiwa keagamaan akan dilihat sebagaimana pengaruh timbal-balik antara keduanya .Dengan demikian perkembangan jiwa keagamaan juga akan dilihat dari tingkat usia dewasa dan usia lanjut.
BAB II
JENIS DAN KEBUTUHAN
A . Macam Kebutuhan
Dalam bukunya pengantar psikologi Kriminil karya Drs .Gerson W .Bawean .S.H. Mengemukakan Pembagian kebutuhan manusia berdasarkan pembagian yang dikemukakan oleh J P Guil Ford Sebagai berikut :
1 . Kebuthan Individual terdiri dari :
a ) Homeostatis yaitu kebutuhan yang di tuntut tubuh dalam prose penyesuaian diri dengan lingkungan.
b ) Regulasi Temperatur , penyesuaian tubuh dalam usaha atasi kebutuhan akan perubahan Temperatur badar .
c ) Tidur . kebutuhan manusia yang perlu dipenuhi dan terhindar dari gejala halusinasi.
d ) Lapar , kebutuhan biologis yang harus dipenuhi untuk membangkitkan energi tubuh sebagai organis .
e ) Seks , kebutuhan seks sebagai salah satu kebutuhan yang muncul dari dorongan mempertahankan jenis .
Tidak terpenuhinya kebutuhan seks ini akan mendatangkan gangguan-gangguan kejiwaan dalam perilaku seksual yang menyimpang (Abnormal) seperti :
1. Sadisme ,kepuasan nafs seks dengan cara menyakiti orang lain.
2. Mosochisme , kepuasan nafsu dengan jalan menyakiti diri sendiri .
3. Exhibitionisme , pemuas nafsu seksual dengan jalan menunjukkan daerah terlarang kepada orang lain .
4. Scoptophilia , pemuas nafsu seksual dengan cara mengintip lakon seks.
5. Transeksual , pemuas nafsu dengan jalan mengganti jenis kelamin .
6. Sexualoralisme , Pemuas nafsu dengan jalan memadukan mulut (oral) dengan alat kelamin.
7. Sodomy (non/Vagian Coitus) , Istilah islam dikenal dengan liwath.
Selanjutnya kelainan seksual ini pun dapat menyebabkan orang memuaskan nafsu seksnya dengan menggunakan objek lain.Diantaranya jenis kelainan itu meliputi :
1. Homoseksual.Pemuas nafsu seksual antara sesama laki-laki.Sesama perempuan disebut lesbian.
2. Pedophilia.Pemuas nafsu dengan anak-anak sebagai objeknya.
3. Bestiality.Pemuas nafsu dengan binatang sebagai objeknya.
4. Zoophilia.Pemuas nafsu seksual dengan cara mengelus-elus binatang.
5. Necrophilia.Pemuas nafsu seksual dengan cara mengadakan hubungan kelamin dengan mayat.
6. Pornography.Pemuas nafsu dengan cara melihat gambar atau dengan membaca buku cabul.
7. Obscenity.Pemuas nafsu dengan cara mengeluarkan kata-kata kotor.
8. Insest.Pemuas nafsu dengan cara melakukan hubungan kelamin dengan kerabat.
9. Masturbasi.Pemuas nafsu dengan cara berfantasi dengan apa yang disukainya terutama wanita.
Uraian diatas menunjkkan walau tidak sepenuhnya benar , maka pendapat S.Freud tentang peranan libido seksual dalam kehidupan manusia perlu diperhatikan terutama dikalangan remaja.
f ) Melarikan diri yaitu : kebutuhan akan perlindungan dan keselamatan jasmani dan rohani.Melarikan diri dari bahaya atau sesuatu yang dianggap bahaya merupakan reaksi yang wajar sebagai usaha proteksi.
g ) Pencegahan yaitu : Kebutuhan manusia untuk mencegah terjadinya reaksi melarikan diri.
h ) Ingin tahu (Curiosity) yaitu : Kebutuhan manusia di bidang rohani untk ingin selalu mengetahui latar belakang kehidupannya.
i ) Humor yaitu : Kebutuhan manusia untuk mengendorkan beban kejiwaan yang dialaminya dalam bentuk verbal dan perbuatannya.
Sigmund Fred membagi humor atas :
1. Aggressive Wit , yaitu humor yang menyinggung perasaan orang lain.
2. Harnless Wit , Yaitu humor yang tidak menyinggung perasaan orang lain.
Dari jenis humor itu menurut freud sebagian besar mengarah pada masalah yang bersifat porno.Menurutnya masalah porno umumnya yang banyak dijadikan orang untuk bahan humor.
2 . Kebutuhan sosial
Kebutuhan sosial manusia tidak disebabkan pengaruh yang datang dari luar (stimulus ) seperti layaknya pada binatang .Kebutuhan sosial pada manusia berbentuk nilai .Jadi kebutuhan itu bukan semata-mata kebutuhan biologis melainkan juga kebutuhan rohaniah.
Bentuk kebutuhan ini menurut Guilford terdiri dari :
Pujian dan hinaan Pujian merangsang manusia untuk mengejar prestasi dan kedudukan yang terpuji sedangkan hinaan menyadari manusia dari kekeliruan dan pelanggaran terhadap etika sosial.
Kekuasaan dan mengalah Kebutuhan kekuasaan dan mengalah ini tercermin dari adanya perjuangan manusia yang tidak ada hentinya dalam kehidupan.
Pergaulan . Kebutuhan manusia yang mendorong manusia untuk bergaul sebagai homo socius (Makhluk bermasyarakat) dan Zonpoliticon (Makhluk yang berorganisasi).
Imitasi dan simpati . Kebutuhan manusia dalam pergaulannya yang tercermin dalam bentuk meniru dan mengadakan respon emosionil.Tindakan tersebut menurutnya adalah sebagai akibat adanya kebutuhan akan imitasi dan simpati.
Perhatian . Kebutuhan akan perhatian merupakan satu-satunya kebutuhan sasial yang terdapat pada setiap individu.
3 . Kebutuhan manusia akan agama
Selain kebutuhan yang disebut diatas ,masih banyak lagi kebutuhan manusia yang perlu diperhatikan yanitu kebutuhan agama . Manusia disebut juga makhluk yang beragama (homo religius) . Akhmad yamani mengemukakan bahwa tatkala Allah SWT membekali insan itu dengan nikmat berpikir dan daya penelitian ,diberinya pula rasa bingung dan bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam sekitarnya sebagai imbangan atas rasa takut terhadap kegarangan dan kebengisan alam itu.Hal inilah yang mendorong insan tadi untuk mencari-cari insan tadi u ntuk mencari-cari suatu kekuatan yang dapat melindungi dan membimbingnya di saat-saat yang gawat . insan primitif telah menemukan apa yang dicarinya pada gejala alam itu sendiri . Secara berangsur dan silih berganti gejala-gejala alam tadi diselaraskan dengan jalan hidupnya . Dengan demikian timbullah penyembahan terhadap api,matahari,bulan,atau benda-benda lain dari gejala-gejala alam tersebut.
Menurut Robert Nuttin dorongan beragama merupakan salah satu dorongan yang bekerja dalam diri manusia sebagaimana dorongan –dorongan lainnya,seperti : makan,minum,intelek dan lain sebagainya.Sejalan dengan hal itu maka dorongan beragamapun menuntut untuk dipenuhi sehingga pribadi manusia mendapat kepuasan dan ketenangan.Selain itu dorongan beragama juga merupakan kebutuhan insaniah yang tumbuhnya dari gabungan berbagai faktor penyebab yang bersumber dari rasa keagamaan.
Menurut Muzayyin Arifin , be rdasarkan pandangan ulama yang telah memberikan makna terhadap istilah fitrah manusia yang diangkat dari firman Allah dan sabda nabi di atas,maka dapat diambil kesimpulan bahwa fitrah adalah suatu kemampuan dasar berkembang manusia yang dianugrahkan Allah kepadanya.
Didalamnya terkandung berbagai komponen psikologis yang satu sama lain saling berkaitan dan saling menyempurnakan bagi hidup manusia . Komponen itu terdiri atas :
a. Kemampuan dasar untuk beragama secara umum , tidak hanya terbatas pada agama islam.
b . Kemampuan dasar untuk beragama islam (ad-dinul Qayyimaah) ,di mana faktor iman sebagai intinya.
c .Mawahib (bakat) dan Qabiliyyat (tendensi dan kecenderu-ngan ) yang mengacu pada keimanan kepada allah.
Fitrah dapat dilihat dari dua segi yaitu : Pertama,segi naluri sifat pembawaan manusia atau potensi tauhid yang menjadi potensi sejak lahir. Dan yang kedua,dapat dilihat dari segi wahyu tuhan yang diturunkan kepada Nabi-nabiNya.Jadi potensi manusia dan agama wahyu itu merupakan satu hal yang tampak dalam dua sisi,ibaratnya mata uang logam yang mempunyai sisi yang sama.
B . SIKAP KEBERAGAMAN PADA ORANG DEWASA
Usia dewasa merupakan usia yang sudah memiliki tanggung jawab serta sudah menyadari makna hidup,dengan kata lain orang dewasa sudah memahami nilai-nilai yang dipilihnya dan berusah untuk mempertahankan nilai-nilai yang dipilihnya .Orang dewasa sudah memiliki identitas yang jelas dan kepribadian yang mantap.
Kemantapan jiwa orang dewasa ini setidaknya memberikan gambaran tentang bagaimana sikap keberagamaan pada orang dewasa.Mereka sudah memiliki tanggungn jawab terhadap sistem nilai yang sudah dipilihnya,baik sistem nilai yang berasumber dari ajaran agama maupun yang bersumber dari norma-norma lain dalam kehidupan .Pokoknya , pemilihan nilai-nilai tersebut telah didasarkan ataspertimbangan pemikiran yang matang . Berdasarkan hal ini ,maka sikap keberagamaan seorang diusia dewasa sulit untuk diubah ,jikapun terjadi perubahanmungkin proses itu terjadi setelah didasarkan pada pola pemikiran dan pertimbangan yang matang.
Sebaliknya , jika seorang dewasa memilih nilai yang bersumber dari nilai-nilai non agama , itupun akan dipertahankannya sebagai pandangan hidupnya . Kemungkinan ini akan memberi peluang bagi kecenderungan munculnya sikap yang anti agama .
Sejalan dengan tingkat perkembangan usianya maka sikap keber-agamaan pada usia dewasa antar lain memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran yang matang , bukan sekedar ikut-ikutan.
2. Cenderung bersifat realis , sehingga norma-norma agama lebih banyak diaplikasikan dalam sikap dan tingkah laku.
3. Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama dan berusaha untuk mempelajari dan memperdalam pemahaman keagamaan .
4. Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangandan tanggung jawab diri sehingga sikap keberagamaan merupakan realisasi dari sikap hidup.
5. Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas.
C . MANUSIA USIA LANJUT DAN AGAMA
Pada tahap kedewasaan awal terlihat krisis psikologi yang dialami oleh karena adanya pertentangan antara kecenderungan untuk mengetratkan hubungan dengan kecenderungan untuk mengisolasi diri . Terlihat kecenderungan untuk berbagi perasaanbertukar pikiran dan memecahkan berbagai problema kehidupan dengan orang lain ( Rit Atkinson,1983 : 97) .
Mereka yang menginjak usia ini (sekitar 25-40 Th) memilikikecenderungan besar untuk berumah tangga ,kehidupan sosial yang lebih luas serta memikirkan masalah-masalah agama yang sejalan denganlatar belakang kehidupannya .
Selajutnya pada tingkat kedewasaan menengah (40-65 th) manusia mencapai puncak periode usia yang paling produktif . Tetapi dalam hubungannya dengan kejiwaan , maka pada usia ini terjadi krisis akibat pertentangan batin antara keinginan untuk bangkit dengan kemunduran diri.Karena itu umumnya pemikiran mereka tertuju pada upaya untuk kepentingan keluarga ,masyarakat dan generasi mendatang.
Adapun di usia selanjutnya yaitu setelah usia di atas 65 tahun manusia akan menghadapi sejumlah permasalahan . Permasalahan pertama adalah penurunan kemampuan fisik hingga kekuatan fisik berkurang , aktifitas menurun , sering mengalami gangguan kesehatan yang menyebabkan mereka kehilangan semangat.
Adapun sikap keberagamaan pada usia lanjut justru mengalami peningkatan dan untuk proses seksual justru mengalami penurunan .
Berbagai latar belakang yang menjadi penyebab kecenderungan sikap keagamaan pada manusia usia lanjut ,secara garis besar ciri-ciri keberagamaan di usia lanjut adalah
1. Kehidupan keagamaan pada usia lanjut sudah mencapai tingkat kemantapan .
2. Meningkatnya kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan.
3. Mulai muncul pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan akhirat secara lebih sungguh-sungguh.
4. Sikap keagamaan cenderung mengarah kepada kebutuhan saling cinta antar sesama manusia , serta sifat-sifat luhur.
5. Timbul rasa takut kepada kematian yang meningkat sejalan dengan usia yang bertambah lanjut .
D . PERLAKUAN TERHADAP USIA LANJUT MENURUT ISLAM
Manusia usia lanjut dalam penelitian banyak orang adalah manusia yang sudah tidak produktif lagi . Kondisi fisik rata-rata sudah menurun , sehingga dalam kondisi yang sudah uzur ini berbagai macam penyakit sudah siap untuk menggerogoti mereka . Dengan demikian di usia lanjut ini terkadang muncul semacam pemikiran bahwa mereka berada pada sisa umur menunggu datangnya kematian .
Menurut Lita L . Atkinson , sebagian besar orang-orang yang berusia lanjut (usia 70-79 th) menyatakan tidak merasa dalam keterasingan dan masih menunjukkan aktifitas yang positif . Tetapi perasaan itu muncul setelah mereka memperoleh bimbingan semacam teraphi psikologi .
Kajian psikologi berhasil mengungkapkan bahwa di usia melewati setengah baya , arah perhatian mereka mengalami perubahan yang mendasar . Bila sebelumnya perhatian diarahkan pada kenikmatan materi dan duniawi , maka pada peralihan ke usia tua ini , perhatian mereka lebih tertuju kepada upaya menemukan ketenangan batin .Sejalan dengan perubahan itun , maka masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan akherat mulai menarik perhatian mereka.
Perubahan orientasi ini diantarnya disebabkan oleh pengaruh psikologis . Di satu pihak kemampuan fisik pada usia tersebut sedah mengalami penurunan .Sebaliknya di pihak lain , memiliki khasanah pengalaman yang kaya . Kejayaan mereka di masa lalu yang pernah diperoleh sedah tidak lagi memperoleh perhatian , Karena secara fisik mereka dinilai sudah lemah . Kesenjangan ini menimbulkan gejolak dan kegelisahan-kegelisahan batin .
Apabila gejolak-gejolak batin tidak dapat di bendung lagi , maka muncul gangguan kejiwaan seperti stress , putus asa , ataupun pengasingan diri dari pergaulan sebagai wujud rasa rendah diri (inferiority). Dalam kasus-kasus seperti ini , umumnya agama dapat difungsikan dan diperankan sebagai penyelamat . Sebab melalui ajaran pengamalan agama , manusia usia lanjut merasa memperoleh tempat bergantung . Fenomena adanya para pejabat pensiunan seperti ini sudah jamak terlihat di masyarakat akhir-akhir ini .
Sebagai dalam memberi perlakuan yang baik kepada kedua orang tua ,Allah menyatakan :
Jika salah seorang di antara keduanya atau keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu , maka jangan sekali-kali kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan jangan kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia . (Qs 17 : 23)
BAB III
PENUTUP
A . KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa :
1. Macam kebutuhan di bagi menjadi tiga yaitu : kebutuhan individual , kebutuhan social , kebutuhan manusia akan agama .
2. Dorongan beragama merupakan salah satu dorongan yang bekerja dalam diri manusia.
3. Salah satu fitrah manusia adalah manusia menerima Allah SWT sebagai tuhan , dengan kata lain manusia itu adalah dari asal mempunyai kecenderungan beragama , sebab agama itu sebagian dari fitrah-Nya .
4. Keberagamaan seorang dewasa cenderung didasarkan atas pemilihan terhadap ajaran agama yang dapat memberikan kepuasan batin atas dasar pertimbangan akal sehat.
5. Manusia usia lanjut dalam penelitian banyak orang adalah manusia yang sudah tidak produktif lagi . Kondisi fisik rata-rata sudah menurun , sehingga dalam kondisi yang sudah uzur ini berbagai macam penyakit sudah siap untuk menggerogoti mereka . Dengan demikian di usia lanjut ini terkadang muncul semacam pemikiran bahwa mereka berada pada sisa umur menunggu datangnya kematian .
6. Kehidupan keagamaan pada usia lanjut sudah mencapai tingkat kemantapan .